Rabu, 04 November 2009

3 Pendekar

Cerita dari teman...
rewrite: Jane Pangemanan, ST.

3 Pendekar
 
Saya lahir tahun 78 dan dua tahun kemudian ibu saya meninggal karena
suatupenyakit. Apalah yang dimiliki seorang anak umur 2 tahun ketika
ditinggal ibunya kecuali tangis ketidaktahuan. Ketidaktahuan karena
belum bisa berpikir tetapitelah diberi Tuhan perasaan sepi dan kehilangan.
Di sebelah utara rumah saya,tinggal seorang pemuda idiot.
Dia kira-kira berumur 12 tahun ketika ibu sayameninggal.
Selain itu, di sebelahnya tinggal pula seorang pemuda lain berumur 
20-an tahunyang belum pernah bersekolah,
tidak bisa membaca dan bekerja sebagai kusirandong (kereta/bendi).
Sementara di sebelah barat rumah saya, tinggal pemuda yang juga berumur
20-an tahun, terbelakang, bodoh dan harus keluar dari kelas I SD
karena tak bisa mengikuti pelajaran sedikitpun.
Sebagai anak berumur 2 tahun, tentu saja saya belum begitu mengenal
mereka. Tetapi seiring waktu, saya mulai tahu bahwa merekalah sahabat
terbaik dalamhidup saya.
Akal saya yang semakin terasah ketika berumur 5 tahun dan ingatan yang
semakin kuat mematri kenangan saya dengan 3 orang hebat dalam hidup saya
tersebut.
Merekalah yang saya sebut sebagai 3 pendekar dalam hidup saya.
Tiga orang yang sama-sama terbelakang, tidak bisa membaca dan sering 
dianggap "agak kurang" (bahasa halus untuk sedikit gila) oleh tetangga-
tetangga, tenyatamerupakan penyelamat hidup saya.
Pemuda pertama, anak belasan tahun yang saya tahu dipanggil Adek,
idiot danselalu mengeluarkan air liur dari mulutnya.
Karena tak pernah memiliki temanbermain, saya lah yang selalu dipandangnya
dari jendela rumah.
Ketika semua orang mengusir dan anak-anak lain takut untuk mendekat,
dia mencoba mengenal saya.
Dialah yang kemudian merawat saya, karena ketiadaan ibu dan ayah yangterlalu
jarang di rumah.
Anak idiot itulah yang mengajari saya bermain, membuatkan wayang suket
(rumprut/jerami), mencari kodok di sawah, berendam dikali atau menonton
karnaval 17 Agustus yang tiap tahun diadakan di kotakecamatan.
Pemuda dua puluhan tahun yang menjadi kusir andong tadi bernama Gandul.
Keterbelakangannya justru menjadi sumber kebaikan hati.
Setiap hari, begitu pulang dari bekerja, dia selalu menyisihkan uang Rp 50-100
di bawah jok andongnya.
Uang itu khusus disediakan untuk saya, anak SD yang tak pernah lagi menerima
uang saku dari ayahnya.
Selama bertahun-tahun, Gandul melakukan itu karena tahu bahwa
saya takpernah bisa jajan jika dia lupa menyisihkan.
Dia juga yang mengajak saya jalan-jalan, menjadi kernet andong atau bersuka
dengan kudanya.
Pemuda ketiga bernama Darsio, karena tak juga bisa melakukan apa yang
dilakukankawan-kawannya, dia dikeluarkan dari sekolah.
Mulai itulah dia mendekati saya,mengajak saya bermain di kebunnya yang luas.
Mencarikan buah apapun yang saya inginkan. Jika saya lagi kepingin pisang,
diaakan mencarinya.
Begitu pula ketika saya minta kelapa muda di satu siang yangpanas, dia akan
mengajak saya ke kebun dan memetikkan beberapa.
Darsio mengajari saya berenang, kadang berpetualang seharian ke tempat-tempat
yang jauh, berjalankaki dan melatih keberanian saya.
Karena sebelumnya saya memang terlalu penakut dan mudah menangis.
Agar tubuh saya kuat, dia juga memberi segelas susu kedelai dari pabrik tahu milik
orang tuanya hampir setiap hari. 
Ketiga orang itu, 3 pendekar yang mengisi hidup masa kecil saya.
Menemani dengan tulus sehingga kini saya bisa berpikir bahwa Tuhan memang
mengambil ibu saya, 
tetapi Dia mengirimkan 3 orang hebat dalam hidup saya.
Ketiganya terbelakang, tidak sekolah, tak bisa membaca, bahkan dua
diantaranya sampai kini tak punyaistri.
Tetapi merekalah yang mengajari saya banyak hal, menemani tahun-tahunsepi,
membantu saya siap untuk mandiri.
Kini saya 24 tahun dan akan segera menyelesaikan kuliah.
Karena pengalaman hidupitulah saya bisa bertahan hingga sekarang, merantau,
mandiri, dan memiliki pandangan positif terhadap makluk ciptaan Tuhan
seperti apapun adanya.
Untunglah saya dibesarkan oleh 3 orang idiot dan bukannya 3 orang profesor,
3orang kaya, atau 3 bisnisman.
Sehingga saya bisa memaknai hubungan antar manusia, bukan karena kapasitas 
intelektual, uang atau kesuksesan.
Bagi saya, ketulusan untuk memberi dan sikap menjadi manusia seutuhnya
itu lebih penting. 
Berkah dari 3 pendekar hebat, dan karena itulah saya selalu beranggapan,
sepertiapapun kondisinya, hidup kita diciptakan Tuhan sangat indah.
Kalau mata kitamemandangnya dengan indah pula. 
 
 
 *** Tahukah Anda. Di Amerika kasus orang bunuh diri lebih banyak
dari kasus pembunuhan.
Aksi bunuh diri di Amerika Serikat terjadi setiap 2 jam 2,5 menit,
ada 734.000 kasus percobaan bunuh diri setiap tahunnya di Amerika,
dan yang paling banyak melakukan aksi bunuh diri berusia antara 10 hingga
14 tahun. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar